Wednesday, February 10, 2010

Jangan Sepelekan Waktu Tidur Anda



Harian-global.com | Selasa, 2 Februari 2010 | Tak selamanya pola makan dan olahraga teratur dapat menjadikan hidup kita menjadi lebih sehat. Ada satu lagi yang kadang terlupakan oleh kita. Apa itu? Ya, itulah kualitas tidur kita setiap hari. Tidak ada artinya, menerapkan kedua pola hidup sehat tanpa dibarengi dengan waktu istirahat yang cukup.

Tubuh kita selalu membutuhkan istirahat. Umumnya, setiap orang sudah memiliki jam tidur yang terjadwal. Ini dipengaruhi oleh jam kerja hingga kebutuhan waktu dari setiap individu yang berjalan secara sistemik. Namun sayangnya, banyak di antara kita yang salah persepsi tentang waktu istirahat.

Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan, dr Faisal Habib saat ditemui Global mengatakan, dalam setiap umur manusia, jumlah jam tidur yang dibutuhkan itu berbeda- beda. “Tidur itu kan memang kebutuhan. Tidak ada hubungan dengan pasti jumlah jam tidur dengan kualitas tidur itu sendiri. Jadi, kapan baiknya tidur, atau berapa lama jumlah jamnya, itu tergantung pada kebiasaan seseorang itu sendiri,” sebut dr Faisal.

Pada kondisi tertentu, tubuh akan memberikan tanda-tanda waktunya untuk tidur. Tanda-tandanya adalah ketika seseorang itu mengantuk, itu merupakan sinyal yang dilepaskan oleh tubuh. Dikatakan Faisal, pada waktu tersebut tubuh sudah melepaskan enzim dan hormon yang akan digunakan untuk merefresh kembali dan memperbaiki fungsi fungsi tubuh yang sudah digunakan satu harian penuh. “Jadi, tubuh itu punya mekanisme sendiri yang menyuruh kita tidur. Jam berapapun seseorang itu tidur kalau di luar jam kebiasaan, itu bukan tidur yang berkualitas. Lebih kepada ketepatan waktunya,” sebut dokter yang juga bertugas di RSU Pirngadi Medan ini.

Jadi Misteri Manusia

Secara kasat mata, kualitas tidur bisa dibaca dari kondisi kita ketika bangun. Apakah dalam keadaan segar atau tidak. Sebenarnya, secara alamiah manusia mempunyai semacam settingan komputer yang dinamakan siklus sirkardian dalam yang menandakan kapan waktu yang tepat dengan sinyal seperti gejala mengantuk. Jadi, walau jumlah jam tidurnya sama tapi waktunya di luar dari kebiasaan, bangun pasti tidak segar.
Dari pembuktian ilmiah, kondisi tidur yang berkualitas ditandai oleh sebelum bangun atau pertengahan tidur, suhu tubuh berada pada posisi terendah dan hormon melatonim paling maksimal. “Ada dua hormon penting yang bekerja pada waktu kita tidur, yaitu hormon melatonim dan hormon adinosim. Untuk mengukur kedua hormon ini ada alatnya,” sebut dr Faisal.

Anehnya, menurut dr Faisal, proses tidur masih jadi misteri bagi manusia. Secara medis, terdapat dua fase dalam tidur, yaitu fase non-rem sleep (rapid eye movement) dan fase rem sleep (tidur bermimpi) di mana semua otot menjadi atonia (tidak mempunyai tonus), relaksasi total. ”Umumnya 75% tidur kita berada di fase non-rem dan 25% di fase rem. Fase rem diduga penting untuk memperbaiki kondisi tubuh, memori dan fitalitas,” terangnya.

Fungsi Tidur

Selama ini mungkin kita mengira bahwa tidur merupakan suatu proses yang pasif, ternyata tidur merupakan proses aktif. Ilmu kedokteran membuktikan, ada beberapa fungsi tidur pada manusia. Pertama, untuk merefresh kembali energi semua sel–sel tubuh yang bekerja.

Pada saat tidur, terjadi proses anabolisme atau pembentukan sel–sel darah putih yang baru. Sel darah putih ini amat membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Ini hanya bisa didapat dalam tidur yang berkualitas. Kedua, tidur yang berkualitas itu akan meningkatkan kualitas memori atau daya ingat. Dari banyak penelitian membuktikan, orang yang kualitas tidurnya kurang, ingatannya akan berkurang mulai 30- 40 %.

“Tentu saja, jika kualitas ingatan menurun, ini akan menurunkan kualitas kinerja. Nah, efek turunan dari penurunan daya ingat tadi adalah intelektualitas yang menurun dan daya mengambil keputusan yang tak tepat perhitungan. Bukan hanya itu, analisis yang diberikan oleh orang yang kualitas tidurnya tak baik ini akan cenderung gamang, biasanya sulit dipertanggungjawabkan,” papar dr Faisal.

Ini juga berakibat pada kemampuan reasonity (memberikan alasan) yang tepat dan perhitungan. Tidur juga berpengaruh pada stabilitas emosional. Jangan heran jika menemukan orang yang kurang tidur, kondisi kejiwaannya biasanya pemarah, suntuk, gak mood. Kondisi ini juga berakibat pada munculnya sifat pesimistis dari segi kejiwaan.

Tidur secara kesehatan, dapat meningkatkan berat tubuh atau kegemukan, bahkan obesitas. Efek parahnya lagi, kondisi yang kurang tidur bisa memicu terjadinya hipertensi, diabetes melitus tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit jantung. “Tidur yang terbaik itu adalah enam jam sebelum suhu terendah tubuh yang ditandai oleh siklus sirkardian itu tadi. Ini ditentukan oleh faktior genetik dan kebiasaan,” jelas dr Faisal.

Istirahatkan Tubuh Sejenak

Sementara itu di tempat terpisah, Antis MPS SPsi, seorang psikolog yang ditemui Global di RSU dr Pirngadi Medan mengungkapkan, orang yang tidurnya terganggu biasanya akan rentan capek serta sulit berkonsentrasi. Jika kondisi ini menyebabkan berkurangnya kualitas tidur kita, bisa “diakali” dengan menambah jam tidur sesuai dengan bilangan berapa lama waktu tidur sehari–hari.

”Tak ada salahnya juga kan, ketika kita letih, lantas kita ingin istirahat sebentar barang 15 menit sampai setengah jam. Orang yang kekurangan tidur ini kalau siang hari biasanya tubuhnya cenderung limbung. Nah, dalam kondisi seperti ini, usahakan tidur sebentar atau agendakan untuk tidur siang. Walaupun tak mencukupkan pada perhitungan kualitas tidur yang tepat, minimal ada waktu yang diberikan bagi tubuh untuk beristirahat,” kata Antis.

Jika tidak, kondisi ini dapat membuat tubuh letih hingga menyebabkan kemampuan untuk fokus jadi berkurang. Bukan mustahil keadaan ini menjadi penyebab kecelakaan dalam bekerja. Banyak kasus kecelakaan yang terjadi ketika seseorang itu dalam keadaan mengantuk. Karena itulah, jangan sepelekan tidur.

www.AstroDigi.com (Nino Guevara Ruwano)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...